butuh tukang bangunan?? #butuh tukang listrik?? #butuh tukang baja ringan?? hubungi 0813-7750-1213 #pantau dan dukung situs staniacivil.com dengan menekan tombol ikuti dibawah halaman ini # untuk promosi,pemberitaan,claim,dll hub.082281139688 #membutuhkan tukang buat rumah, tukang listrik, dll. hub.0813-7750-1213 Jaringan Transmisi energi listrik - STANIA CIVIL

JASA KELISTRIKAN DAN BANGUNAN

ardy stania sukses

Jaringan Transmisi energi listrik

Jaringan Transmisi Energi Listrik Berdasarkan Tegangan 

Staniacivil.com - Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan memanfaatkan tegangan tinggi saja. Bahkan ada yang jelas bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan memanfaatkan tegangan tinggi dan lewat saluran hawa (overhead Iine). Namun sebenarnya, transrnisi adalah proses penyaluran energi listrik berasal dari satu daerah ke daerah lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV),Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).

Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, berfungsi menyalurkan energi listrik berasal dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya, yang terdiri berasal dari konduktor yang direntangkan antar tiang-tiang (tower) lewat isolator-isolator, dengan system tegangan tinggi. Dan standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah: 30kV, 70kV, 150kV, 275kV, 500kV (secara berangsur ­angsur untuk 30kV dan 70kV di Indonesia terasa tidak digunakan). Transmisi 70kV dan 150kV terkandung di pulau Jawa dan pulau lainnya di Indonesia. Sedangkan transmisi 275kV dikembangkan di Sumatera. Untuk transmisi 500kV terkandung di Pulau Jawa.

Konstruksi transmisl di Indonesia untuk untuk tegangan rendah dan tegangan tinggi kabel hawa dan kabel tanah. Dan untuk tegangan tinggi dan ekstra tinggi memanfaatkan memanfaatkan kabel udara.

Berikut ini disampaikan pembahasan berkenaan transmisi ditinjau berasal dari klasifikasi tegangannya.

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV - 500kV

SUTET 200kV-500kV, pada kebanyakan digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500kV, dengan obyek agar drop tegangan dan penampang kawat bisa direduksi secara maksimal, agar diperoleh operasional yang efisien dan efisien.

Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi butuh tapak tanah yang luas, sesudah itu butuh isolator yang banyak, agar pembangunannya butuh biaya yang besar. Dan masalah lain yang timbul adalah masalah sosial, yang selanjutnya berdampak pada masalah pembiayaan antara lain: protes berasal dari masyarakat yang menentang pembangunan, permintaan tukar rugi tanah untuk tapak tower yang amat tinggi, sesudah itu adanya permintaan tukar rugi selama jalan SUTET dan lain sebagainya. Pembangunan transmisi ini lumayan efisien untuk jarak 100km hingga dengan 500km.
sumber gambar menara sutet :bobo.id

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV

Untuk tegangan operasi antara 30kV hingga dengan 150kV, Konfigurasi jaringan pada kebanyakan single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri berasal dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya cuma 3 kawat dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. Bila kapasitas energi yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri berasal dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor.

Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak paling jauh yang paling efisien adalah 100 km, dan andaikan jarak transmisi lebih berasal dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltage) amat besar, agar tegangan diujung transmisi jadi rendah. Untuk mengatasi perihal selanjutnya maka proses transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection system, yang telah diterapkan di Pulau Jawa dan bakal dikembangkan di pulau-­pulau besar lainnya di Indonesla.

Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV 150kV

sumber gambar SKTT : RMOL/ilmulistrik.com

Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan sebagian pertimbangan: gara-gara amat sukar beroleh tanah untuk tapak tower untuk pemasangan SUTT, sesudah itu untuk Ruang Bebas juga amat sukar dan pasti timbul protes berasal dari masyarakat, gara-gara padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi. Selain itu adanya pertimbangan keamanan dan estetika,serta permintaan dan pertumbuhan beban yang amat tinggi.

Jenis kabel yang digunakan: kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Ethilene (PE) atau kabel style Cross Link Poly Ethilene (XLPE) dan kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil poper impregnated).

Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan: Single core dengan penampang 240mm2 -300mm2 tiap core. Three core dengan luas penampang 240mmpersegi - 800mm persegi tiap core. Hal selanjutnya mengenai dengan pertimbangan pabrikasi dan pertimbangan pemasangan di lapangan.

Kelemahan SKTT adalah butuh biaya yang lebih besar kecuali dibanding SUTT. Pada selagi proses pembangunan butuh koordinasi dan penanganan yang kompleks, gara-gara kudu melibatkan banyak pihak, misal: pemerintah kota (Pemkot) hingga dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain. Panjang SKTT pada setiap haspel/cable drum),sekitar 300m. Untuk desain dan pesanan khusus, andaikan untuk kabel laut, bisa dibikin tanpa lanjutan cocok kebutuhan.

Pada selagi ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Coble) dengan tegangan operasi 150kV, yaitu: Sub marine cable 150kV Gresik - Tajungan (Jawa - Madura). Sub marine cable 150kV Ketapang - Gilimanuk (Jawa - Bali).

Beberapa perihal yang kudu diketahui, Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan. Direncanakan bakal dibangun sub marine cable Jawa - Sumatera. Sedangkan untuk Jawa - Madura, selagi ini tengah dibangun SKTT 150kV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.

Saluran Udara Tengangan Menengah (SUTM) 6kV - 30kV 
sumber gambar SUTM : halloriau.com

Di Indonesia, kebanyakan tegangan operasi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah 6kV dan 20kV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6kV dihilangkan dan selagi ini nyaris seluruhnya memanfaatkan tegangan operasi 20kV. Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan berasal dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), Gardu Distribusi, hingga dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). Berdasarkan proses pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya cuma pada jarak (panjang) antara 15km hingga dengan 20km. Efektifitasnya bakal menurun andaikan melebihi jarak selanjutnya gara-gara relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif.

Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6kV - 20 kV ditinjau berasal dari aspek fungsi, transmisi Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) punya manfaat yang mirip dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di didalam tanah. Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah Kondisi setempat yang tidak amat mungkin dibangun SUTM. Kesulitan beroleh area bebas gara-gara berada di tengah kota dan pemukiman padat. Pertimbangan aspek estetika.

Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, gara-gara harga kabelnya jauh lebih mahal dibanding penghantar hawa dan didalam pelaksanaan pembangunan kudu melibatkan dan juga berkoordinasi dengan banyak pihak. Pada selagi pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM kerap mengakibatkan masalah, terutama terjadinya kemacetan lalu lintas. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sukar dan butuh selagi yang lebih lama kecuali dibandingkan SUTM. Hampir seluruh transmisi SKTM sudah terpasang di wilayah Distribusi DKI Jakarta & Tangerang. 

Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40V -1 kV

Transmisi Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) adalah anggota hilir berasal dari proses tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1 kV, yang segera memasok keperluan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di lndonesia, tegangan operasi transmisi SUTR selagi ini adalah 220/ 380 Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh, Susut tegangan yang disyaratkan, Luas penghantar jaringan, Distribusi pelanggan selama jalan jaringan distribusi, Sifat daerah layanan (desa, kota, dan lain-lain).

Susut tegangan yang diijinkan adalah +5% dan - 10 %, dengan radius layanan berkisar 350m. Saat ini transmisi SUTR pada kebanyakan memanfaatkan penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC).

Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) 40V - 1 kV.

Ditinjau berasal dari aspek fungsi, transmisi Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) punya manfaat yang mirip dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di didalam tanah. Jika memanfaatkan SUTR sebenarnya berasal dari aspek jarak aman/ area bebas tidak ada masalah, gara-gara SUTR memanfaatkan penghantar berisolasi.


Penggunaan SKTR gara-gara mempertimbangkan: Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, andaikan gara-gara memanfaatkan transmisi SKTM. Faktor estetika. Oleh karena itu transmisi SKTR pada kebanyakan dipasang di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan butuh aspek estetika.

Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR punya sebagian kelemahan, antara lain: Biaya investasi mahal. Pada selagi pembangunan kerap mengakibatkan masalah. Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sukar dan butuh selagi relatif lama untuk perbaikannya.
 
Demikian ulasan singkat tentang jaringan distribusi dan transmisi energi listrik berdasarkan tegangan. Jika ada kalimat dan penyebutan yang salah mohon dikoreksi dan kita bahas dikomen.
Semoga bermanfa'at. Terimakasih.

Penulis : Ardy Stania
Editor : Cloucia
Sumber : google, dll

0 Response to "Jaringan Transmisi energi listrik"