WASPADA BAHAYA DEBU ASBES
Asbes: Kenali Bahaya Tersembunyi di Balik Material Bangunan Populer
![]() |
Sumber gambar : jaksehat |
Staniacivil.com - pangkalpinang - Asbes pernah menjadi primadona dalam dunia konstruksi karena sifatnya yang kuat, tahan panas, dan harganya yang ekonomis. Banyak bangunan, mulai dari rumah tinggal hingga fasilitas umum, menggunakan material ini terutama untuk atap. Namun, di balik keunggulannya tersebut, tersimpan bahaya serius bagi kesehatan manusia. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai bahan asbes dan risiko yang ditimbulkannya.
Apa Itu Asbes?
Asbes adalah istilah umum untuk kelompok mineral silikat berserat yang terbentuk secara alami. Serat-serat ini memiliki kekuatan tarik yang tinggi, ketahanan terhadap panas dan bahan kimia, serta tidak menghantarkan listrik. Karena sifat-sifat inilah, asbes banyak dimanfaatkan dalam berbagai produk, di antaranya:
- Bahan bangunan: Atap gelombang, plafon, pipa semen, partisi dinding, dan insulasi (peredam panas dan suara).
- Industri otomotif: Kampas rem dan kopling.
- Produk lainnya: Pakaian tahan api dan beberapa jenis tekstil.
Jenis asbes yang paling umum digunakan adalah chrysotile (asbes putih). Jenis lainnya termasuk amosite (asbes coklat) dan crocidolite (asbes biru), yang diketahui memiliki risiko kesehatan lebih tinggi.
Bahaya Tersembunyi di Balik Serat Asbes
Bahaya utama asbes terletak pada seratnya yang sangat halus dan mudah terlepas ke udara, terutama jika material asbes rusak, lapuk, atau saat proses pembongkaran dan renovasi. Serat-serat kasat mata ini dapat dengan mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru.
Karena sifatnya yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, serat asbes yang terhirup akan mengendap dan terakumulasi di dalam paru-paru. Dalam jangka panjang, paparan serat asbes dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, antara lain:
- Asbestosis: Penyakit paru-paru kronis di mana jaringan paru-paru mengalami luka dan penebalan. Hal ini menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas, batuk kering, dan nyeri dada. Gejala asbestosis biasanya baru muncul setelah 10 hingga 40 tahun sejak paparan pertama.
- Kanker Paru-paru: Paparan asbes secara signifikan meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru, terutama pada individu yang juga merokok.
- Mesothelioma: Jenis kanker langka namun agresif yang menyerang selaput pelindung organ dalam tubuh, paling sering pada selaput paru-paru (pleura) atau rongga perut (peritoneum). Mesothelioma memiliki periode laten yang sangat panjang, bisa mencapai 20 hingga 50 tahun setelah paparan awal.
- Penebalan Pleura (Pleural Thickening): Peradangan dan penebalan pada selaput paru-paru yang dapat mengganggu fungsi paru-paru dan menyebabkan sesak napas.
- Plak Pleura (Pleural Plaques): Area terbatas berupa penebalan pada selaput paru-paru. Meskipun umumnya tidak menimbulkan gejala, plak pleura menandakan adanya paparan asbes di masa lalu dan meningkatkan risiko pengembangan penyakit terkait asbes lainnya.
- Efusi Pleura: Penumpukan cairan di antara lapisan selaput paru-paru yang dapat menyebabkan nyeri dada dan sesak napas.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada tingkat paparan asbes yang dianggap aman. Semakin lama dan semakin tinggi tingkat paparannya, semakin besar pula risiko gangguan kesehatan yang mungkin timbul.
Regulasi Penggunaan Asbes di Indonesia
Meskipun banyak negara telah melarang penggunaan semua jenis asbes, Indonesia masih memperbolehkan penggunaan jenis asbes tertentu dengan beberapa regulasi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.03/MEN/1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes melarang penggunaan asbes biru (crocidolite). Namun, penggunaan asbes putih (chrysotile) masih diizinkan, terutama dalam bentuk produk semen asbes.
Pemerintah juga telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait produk yang mengandung asbes dan mewajibkan adanya label peringatan bahaya pada kemasannya. Meskipun demikian, kesadaran akan bahaya asbes dan penegakan regulasi masih menjadi tantangan. Dinas Kesehatan di beberapa daerah juga mulai menggaungkan larangan penggunaan asbes untuk bangunan.
Alternatif Bahan Pengganti Asbes yang Lebih Aman
Mengingat risiko kesehatan yang ditimbulkan, sangat dianjurkan untuk beralih ke bahan bangunan alternatif yang lebih aman. Beberapa pilihan pengganti asbes yang populer antara lain:
- Atap Metal (Seng atau Baja Ringan): Ringan, tahan lama, mudah dipasang, tahan karat, dan tidak mudah terbakar.
- Genteng Beton atau Keramik: Tahan lama, mampu menahan panas dengan baik, dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
- Atap Polyvinyl Chloride (PVC): Lentur, ringan, dan tersedia dalam berbagai pilihan.
- Atap Fiber Semen (Non-Asbes): Terbuat dari campuran semen dengan serat selulosa atau serat sintetis lainnya yang aman.
- Atap Bitumen (Onduline): Ringan, kedap air, tahan lama, serta memiliki sifat isolasi suara dan panas yang baik.
- Polycarbonate atau Fiberglass: Cocok untuk atap transparan yang membutuhkan pencahayaan alami, kuat, dan tahan cuaca.
Kesimpulan
Meskipun asbes memiliki beberapa keunggulan sebagai material bangunan, bahaya kesehatan yang ditimbulkannya tidak dapat diabaikan. Paparan serat asbes dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit paru-paru kronis dan kanker yang berakibat fatal.
Untuk melindungi diri dan keluarga, sangat penting untuk menghindari penggunaan material yang mengandung asbes, terutama untuk bangunan baru. Jika Anda tinggal di rumah atau bekerja di gedung yang menggunakan asbes, berhati-hatilah saat melakukan renovasi atau pembongkaran. Selalu gunakan tenaga profesional yang memahami prosedur penanganan asbes yang aman. Memilih alternatif bahan bangunan yang lebih aman adalah investasi terbaik untuk kesehatan jangka panjang.
0 Response to "WASPADA BAHAYA DEBU ASBES"
Post a Comment